Minggu, 24 Maret 2013

How i met my daughter part 1


Menjelang subuh 14 Februari 2013, seperti biasa fikri keponakanku yg super lucu sudah bangun dan pasti ikut membangunkan orangorang dengan celotehnya, termasuk saya tentunya. Rutinitas masa cuti pun dimulai, setelah subuh menyalakan laptop trus online mengecek suami apakah sudah pergi kuliah atau belum hehehe,.. Jam 6 kurang, bersama nenek dan fikri saya pergi jalan-jalan pagi di sekitar kampung. Ditengah perjalanan tiba-tiba terasa kaku di perut bawah, seperti tandatanda menjelang haid. Kata ibu ya itu mungkin kontraksi. Sakitnya masih bisa ditahan dan kami meyelesaikan acara jalan-jalan pagi itu. Sejak saat itu kontraksi datang hampir satu jam sekali, namun masih bisa ditahan dengan tidur atau nonton TV. Kebetulan siang itu ibu dan kakak ada perlu sehingga saya ditinggalkan bersama erika, keponakan yang berumur hampir 4 tahun. Dan kontraksi berlangsung sampai sore..
Setelah maghrib rasa sakit di perut ini datang hampir 15menit sekali, tapi masih bisa ditahan dengan meringkuk dikasur. Solat pun masih bisa dilakukan walaupun gerakan sudah seadanya. Kakak mengajak saya ke bidan desa terdekat untuk dicek, dan ternyata masih belum ada tanda akan melahirkan. Saya pulang lagi dan kembali online untuk chatting dengan si bapak di jauh sana.
Jam setengah 9, karena kontraksi terasa hampir 5-7 menit sekali, ibu dan kakak memaksa untuk segera ke rumah sakit. Akhirnya saya menghubungi adek ipar untuk minta tolong diantarkan ke RS. Jam 9.30 bersama ibu saya menuju RS JIH memakai taxi, sementara adek ipar naik motor. Ternyata malam itu hujan gerimis, dan semakin terasa deras di sekitar RS. Dan dalam waktu 15menit kami sampai di IGD JIH , dan langsung disambut oleh perawat dan satpam. Ternyata bapak mertua dan kakak ipar juga sudah menunggu disana. Tak lama dokter jaga pun datang dan bertanya-tanya tentang kondisi saya, dan dokternya laki-laki. Saat itu mulai kepikiran apakah yang akan membantu persalinan nantinya dia, bukan dokter kandungan yang biasanya,..(mulai khawatir). 15 menit kemudian ada bidan yang datang dan membawa saya ke ruang bersalin di lantai 3. Dalam  perjalanan entah kenapa saya terus menangis, tiba-tiba saya ketakutan, benar-benar ketakuan, dan sangat berharap suami saya disini menenangkan saya. Saat memasuki ruang bersalin saya sampai terisak-isak, bukan karena sakit kontraksi tapi saya merasa ada yang hilang,dan pasti itu karena suami tidak ada disini. Saya sempat berkata ke ibu, ‘bapaknya bayi mana, bapaknya g ada disini’ sambil terus mengeluarkan air mata. Dalam ruang bersalin dilakukan pengecekan lagi dan ternyata belum ada tanda-tanda pembukaan. Perawatpun menghubungi dokter, dan beliau datang sekitar jam 11 malam. Akhirnya diputuskan untuk menginap dulu dan akan diobservasi setiap 6 jam. Saya pun berjalan menuju kamar rawat inap.
Melewati jam 12 malam rasa sakitnya mulai tidak tertahankan, yangmuncul tiap 5-7menit sekali. Rasa sakitnya seperti mau haid namun lebih sakit lagi, perut seperti diremas tak karuan. Kebetulan kamar yang ada tinggal kelas 1, jadi harus berbagi kamar dengan orang lain. Sesekali saya merintih walaupun sudah berusaha menahan, karena disebelah adalah ibu yang habis melahirkan juga. Namun makin lama makin tak tertahankan. Kalau sudah sakit sekali saya langsung reflek melompat dari tempat tidur dan dalam posisi seperti orang rukuk, atau sesekali jongkok. Menjelang subuh, saya minta ke ibu untuk memanggil perawat, karena saya kesakitan sekali. Saat perawat datang dan mengecek, dia bilang ‘baru segitu aja sakit mbak? Nanti ada yang lebih-lebih sakit lagi’,..sungguh kalimat yang tidak ingin saya dengar dan tidak menyangka perawat kok bicara begitu ke pasien L. Belum lagi perawat itu juga sedikit kesal karena saya kesakitan sewaktu dicek jalan lahirnya (pengecekan jalan lahir itu dengan memasukkan jari tangan ke lubang kewanitaan). Padahal memang sakit, bagaimana mungkin ada benda asing masuk ke tubuh dan saya tidak merasa apa2  hiks hiks,..Saya tetap terjaga sampai pagi, dan waktu subuh sudah buka 1 menurut perawat. Dengan rasa sakit lebih dari 8 jam dan pembukaan jalan lahir baru 1, cukup membuat saya down, mengingat total pembukaan sampai 10. Melewati jam 6 pagi, saya pergi mandi dengan air hangat,..namun tetap rasanya mengigil dan berkali-kali tidak kuat berdiri saat kontraksi datang. Kemudian berganti dengan baju rumah sakit. Kali ini rasa sakitnya sangat amat terasa dan saya pun merintih lumayan keras sambil mengejangkan kaki untuk mengunci rasa sakitnya. Berkali kali saya diingatkan untuk tidak berteriak atau mengeluarkan suara untuk menghemat tenaga, namun rasa sakitnya sungguh tak tertahankan. Makanan pagi itu pun tidak tersentuh, sama sekali tidak ada perasaan lapar atau apapun, yang ada hanya rasa sakit teramat sangat. Jam 8 saya kembali dipindahkan ke ruang bersalin. Masih dengan proses pembukaan 1 menuju 2,..

Tidak ada komentar: