Rabu, 06 Agustus 2008

Miss Universe Pageant....dimata wanita

"Masalah two pieces itu tidak menjatuhkan martabat Indonesia, malah finalis-finalis lainnya bangga. Mereka bilang Indonesia sudah maju ya, sudah pakai bikini."

Kurang lebih jam 10 pagi waktu setempat, seperti biasa saya meluangkan waktu untuk update informasi di internet sebelum melanjutkan kegiatan rutin di lab. Masya Alloh, rasanya lelah, penat dan bosan melihat berbagai media menampilkan ajang Miss Universe sebagai headlinenya. Namun, pagi itu ada sebuah headline yang cukup menggelitik. Tidak lain adalah pernyataan sang putri Indonesia yang baru saja 'mewakili ' Indonesia di ajang Miss Universe. Doi menanggapi keputusannya memakai bikini dan  begini kurang lebih pernyataannya yang saya kutip dari detik.com. 

Dara kelahiran 5 Desember 1986 itu pun menyayangkan jika ada pihak-pihak yang mempermasalahkan bikininya. "Toh itu juga tidak menjatuhkan martabat bangsa, bukan berarti saya meninggalkan budaya ketimuran ya," tukasnya saat ditemui usai jumpa pers Pemilihan Puteri Indonesia 2008 di Hotel Nikko, Jl. MH. Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa (5/8/2008).

Bikini dikenakan putri ketika penilaian awal Miss Universe 2008 digelar di Vietnam, 8 Juli silam. Putri yang awalnya mengaku tak akan berbikini, ternyata berubah haluan. Kenapa begitu?

"Adrenaline saya terpacu karena saya sedang berada di medang persaingan. Ya saya ingin memberikan yang terbaik untuk bangsa. Apa salahnya sih pakai two piece," urainya.

Ketika akhirnya berbikini, menurut Putri, finalis-finalis lain malah memujinya. "Dari negara lain bilang ke aku, bangga karena Indonesia sekarang sudah semakin maju. Kenapa sih kita harus harus mempermasalahkan bikini," tuturnya lagi.

Masya Alloh, pernyataan bodoh macam apa itu. Bagaimana mungkin kemajuan sebuah bangsa di ukur dari parameter seperti itu. Bahkan menjadi salah satu tolok ukur pun tidak....rasanya sangat menggelikan tapi sungguh menyedihkan membaca pernyataan diatas. Betapa tidak, tentu orang sehat akan tertawa melihat 'kepolosan' sang putri Indonesia dalam berargumen. Disisi lain, saya jadi kepikiran apa toh memang seperti itu cara berpikir anak-anak muda Indonesia saat ini. Kenapa saya jadi berbicara seperti orang-orang tua yah?? Umur saya hanya 1 tahun lebih muda dari putri Indonesia....hihihihihihi

Ok, mari kita bahas lebih lanjut tentang Miss Universe beauty Pageant(MUP). Apa sih, manfaat kontes ini khususnya untuk bangsa Indonesia tercinta. Mari berandai-andai, jika putri Indonesia keluar sebagai pemenang kontes ini,lalu apa ada efek terhadap kehidupan masyarakat?? Dari segi pariwisata mungkin, apa toh perhatian dunia menjadi terpusat ke Indonesia?? Saya katakan, TIDAK.....sama sekali tidak ada jaminan. Pernah saya baca komentar seorang artis yang katanya, putri Indonesia bisa jadi pahlawan berbikini.....Huahahahahahahaha, ini orang bener-bener yah. Oya, satu lagi catatan bahwa dari kabar-kabar yang berkembang dan menjadi rahasia umum bahwa pemenang kontes ini sebenarnya sudah diputuskan bahkan sebelum acara puncak pemilihan. Jadi, apapun usaha yang dilakukan peserta lain,......useless
Bisa dikatakan, ajang ini hanya menguntungkan si pemenang itu sendiri secara namanya tiba-tiba menjadi terkenal dan pemilik modal alias penyelenggara kontes ini. Penyelenggara akan memanfaatkan ketenaran sesaat miss universe baru untuk mengiklankan berbagai product miliknya. Contoh mudah adalah, setiap tahun kita akan melihat miss universe mengiklankan product vitamin C, ya kan?? Belum lagi penjualan hak siarnya.....wuiiiiihhhh. Meski ajang ini selalu berkoar-koar tentang adanya charity, itu hanya sebagian kecil saja dari motif ekonomi yang sebenarnya menjadi tujuan utama acara ini. Dari kompas.com, saya baca biaya untuk penyelenggaraan MUP ke-53 yang berangsung di thailand menelan biaya 650juta bath atau sekitar 195 milyar. Sungguh angka yang begitu fantastis. Bayangkan jika, setiap tahun angka nominal tersebut digunakan untuk mengentaskan berbagai krisis pangan di dunia. 195 milyar itu tidak sedikit bro!!!
So, kalau ada yang bertanya apakah saya bangga bila perwakilan Indonesia dipuji di kontes itu, saya jawab dengan yakin....'sama sekali tidak, bahkan saya malu'. Sebagai sesama wanita, saya risih melihat wanita lain diharuskan berlenggak-lenggok dengan pakaian minimalis lalu dinilai oleh sekelompok orang. Tidak bisa dipungkiri semua peserta kontes dikaruniai rupa yang cantik dan tubuh yang meliuk-liuk indah, dan mereka boleh berbangga dengan semua itu. Namun, kebanggaan bukan berarti harus mengekspos semua kelebihan, jangan sampai dilupakan harga diri. Sebagai wanita, setiap jengkal bagian tubuh kita sangat berharga, sampai-sampai kita diperintahkan untuk menutupnya. Kenapa juga, sesuatu yang sangat berharga dengan mudahnya diperlihatkan ke orang lain. Kalau di toko2, barang yang paling mahal akan diletakkan di tempat yang sangat tertutup hingga terjamin keamanannya. Wahai wanita,.....jika diri sendiri sudah tidak mampu menjaga kehormatan dan harga diri, lalu siapa lagi??

Fyuuuuh, saya bingung harus mengungkapkan seperti apa lagi. Jika di Indonesia banyak yang menyuarakan dukungan untuk mengikuti kontes ini dengan mengatasnamakan demi kebebasan wanita, berkreasi, seni, dsb, maka sebagai sebagai seorang wanita Indonesia saya keberatan. Jika dipikir siapalah saya yang hanya seorang mahasiswa biasa2 saja, yang notabene bukan pejabat, bukan politisi , bukan artis, bukan siapa-siapa. Namun, hati yang saya tergerak, jiwa saya terpanggil untuk menyuarakan ketidaksetujuan ini. Satu catatan, tiap kali ada pihak2 yang mengatasnamakan dirinya pembela hak wanita berkoar-koar di TV untuk membela perilaku2 yang menyimpang dari syariat, saat itu pula perasaan saya sebagai wanita tersakiti. Atas dasar apa, mereka mengatasnamakan emansipasi, hak ataupun kebebasan wanita. halllloooooooo, siapa saja yang terwakili oleh mereka...... 

Jika saja saya tidak terlahir di negara ini, pasti saya tidak ambil pusing akan masalah ini. Tapi, saya begitu cinta akan Indonesia....jadi, saya tidak rela bangsa ini menjadi bangsa yang tidak bermoral. 
Saya terlahir sebagai wanita, untuk itu saya begitu peduli terhadap keadaan wanita lain. Saya tidak rela, wanita lain dieksploitasi untuk kebutuhan ekonomi saja.....sungguh, semua ini atas nama cinta... sungguh atas nama cinta....

5 komentar:

Anonim mengatakan...

"Satu catatan, tiap kali ada pihak2 yang mengatasnamakan dirinya pembela hak wanita berkoar-koar di TV untuk membela perilaku2 yang menyimpang dari syariat...Atas dasar apa, mereka mengatasnamakan emansipasi, hak ataupun kebebasan wanita. halllloooooooo, siapa saja yang terwakili oleh mereka......"

Dibagian artikel ini anda menggugat para "pembela" hak wanita yg merasa mewakili anda sebagai perempuan yang ternyata tidak mau diwakili. Lalu, atas dasar apa anda menyatakan, "jadi, saya tidak rela bangsa ini menjadi bangsa yang tidak bermoral." ?
Anda hanya menjustifikasi moralitas Bangsa ini dengan seberapa banyak perempuan menutup tubuhnya. Sebagai perempuan Indonesia dan mahasiswa biasa seperti anda, saya juga menolak anda wakili dengan artikel ini terutama dengan qiyash yang anda gunakan dengan menyamakan perempuan yang tertutup sama dengan barang mahal di toko. Maaf, baik saat saya "terbuka" atau saat saya memutuskan unt "menutup" tubuh, tidak seperti barang mahal ditoko yang "powerless", saya memiliki otoritas terhadap tubuh saya sendiri yang diciptakan indah oleh Allah.
Sekali lagi, moralitas bangsa ini tidak bisa diukur dengan seberapa banyak perempuan pemakai jilbab. MEmang satu puteri Indonesia yang dikirim tiap tahun ke ajang ini mungkin tidak bisa mengubah kondisi masyarakat kita. Tapi, apakah ratusan jemaah Haji Indonesia yang berangkat tiap tahun bs memperbaiki kondisi masyarakat kita. Jika anda membandingkan berapa uang yang dikeluarkan unt ajang kecantikan ini, mengapa tidak menghitung berapa rupiah dana yang dikeluarkan unt naik haji yang juga tidak mengubah nasib bangsa ini?
Ini juga karena cinta. Cinta akan kebebasan dan kesetaraan...

Salam,
Vasthi

cherry blossom mengatakan...

Memang tubuh anda adalah otoritas anda dan , saya menulis untuk bahan renungan saja, terutama bagi diri saya.... Saya hanya berusaha untuk menjalankan perintah untuk nasihat menasihati saja.... Apa untungnya bagi saya? tentu saya berharap, bisa selalu termotivasi memperbaiki diri....

Kalau anda tidak setuju saya analogikan tubuh wanita sebagai barang mahal di toko, maaf yah.... setelah saya pikir2 memang wanita jauuuuuuuh lebih berharga dari itu, so harusnya lebiiiiiiiiiih dijaga lagi kan????

Ada lagi mbak....baru ini saya dengar orang membandingakan kontes pamer tubuh dengan ibadah Haji......no comment lah, saya mau ketawa dulu......hihihihi


Satu hal ya mbak, saya tidak merasa mewakili anda kok,....hehehehehe

Senja mengatakan...

Wah seru juga nih soal kontes2an ya Mba? Saya sebagai pelaku ikutan acara miss2an. Saya melihat keikutsertaan peserta rata2 dari dua sisi. Kalau saya sendiri alasannya bukan untuk terkenal, bukan untuk dibilang cantik, bukan untuk dibilang pintar, tapi lebih pada tanggung jawab pada melanjutkan mempelajari budaya Jawa. Trus kok ada two pieces nya sang Puteri Indonesia di ajang miss universe, saya kok ga bangga yah ma dia. Aneh menurut saya, karena dia ingin menang untuk dirinya sendiri kok membawa-bawa nama Indonesia.
Kalopun dia menang, saya juga ga bakalan bangga juga kok.


Eh comment yang pertama itu kok menghubungkan Miss2an dengan Ibadah Haji sih? Maaf yah, menurutku jika Haji dihubungkan dengan miss2an, mungkin anda bisa melihat jika semakin banyak orang berHaji, dengan moral yang benar pula, tentu saja itu akan mampu merubah bangsa ini. Inti dari Ibadah Haji adalah untuk menjalankan ibadah pada Allah SWT bukan untuk mengejar popularitas, atau menghambur2kan uang atau sekedar pamer saja. Menurut saya Anda menggunakan konsep yang salah dalam membandingkan kedua hal ini. Tidak seperti ajang miss universe, bukan menjadi baik malah mengikuti budaya barat semata. Hedonisme .... menurut saya tujuannya.

Tapi saya memandang ajang miss universe ini untuk mengangkat nama Indonesia dalam hal budaya mungkin salah satu hal yang diperlukan, tapi bukan jalan satu2nya hingga harus two pieces-an gitu lah. Tanpa itu kalo memang dia menang, juga bakalan menang kok.

(Rie -- http://andaiakumenjadi.blogspot.com)

cherry blossom mengatakan...

Hm...... iya nih, saya masih menunggu mbak Vasthi untuk konfirm tentang tulisannya yang menghubungkan haji ama kontes itu???...

Kalau saya ni yah, keikutsertaan Indonesia ke ajang itu kok tidak berdampak significant ama budaya yah. Karena toh, pemirsa lebih fokus melihat ke masing2 pesertanya.... dan juga, kalau mau belajar budaya yah, bisa juga dilakukan dengan cara lain tanpa harus ikut kontes....(^_^)

Oya, ada juga yang biasanya beralasan untuk memperkenalkan budaya Indonesia, biar banyak yang tau tentang Indonesia....... saya bilang nonsense. Kalau mau promosi budaya dan pariwisata, bisa tuh lebih kreatif bikin event2 budaya dan promo ke negara2 lain.
Selama saya di jepang ni, hampir tiap kali orang nanya pasti: 'Dari Malaysia yah?'.......... awalnya lucu kali yah, tapi lama2 bosen juga..... Setelah menggali info sana-sini, barulah Rosma tau kalau promo Malaysia itu bener2 hebat, jadi orang jepang lebih kenal malaysia daripada Indonesia

Coba deh, departemen pariwisata belajar cara promosi dari negara tetangga....

Oya, saya juga lebih setuju, kalau si peserta Indonesia itu klo mo ikut, sok atuh...tapi g usah atas nama Indonesia segala kali yah.....

Oya, mbak Rie dulu ikut acara apa yah?... (^_^)

Anonim mengatakan...

ya tiap org punya pendapat masing2...

ya to...


http://iamkinan.wordpress.com