Menjelang subuh 14 Februari 2013, seperti
biasa fikri keponakanku yg super lucu sudah bangun dan pasti ikut membangunkan
orangorang dengan celotehnya, termasuk saya tentunya. Rutinitas masa cuti pun
dimulai, setelah subuh menyalakan laptop trus online mengecek suami apakah
sudah pergi kuliah atau belum hehehe,.. Jam 6 kurang, bersama nenek dan fikri
saya pergi jalan-jalan pagi di sekitar kampung. Ditengah perjalanan tiba-tiba
terasa kaku di perut bawah, seperti tandatanda menjelang haid. Kata ibu ya itu
mungkin kontraksi. Sakitnya masih bisa ditahan dan kami meyelesaikan acara
jalan-jalan pagi itu. Sejak saat itu kontraksi datang hampir satu jam sekali,
namun masih bisa ditahan dengan tidur atau nonton TV. Kebetulan siang itu ibu
dan kakak ada perlu sehingga saya ditinggalkan bersama erika, keponakan yang
berumur hampir 4 tahun. Dan kontraksi berlangsung sampai sore..
Setelah maghrib rasa sakit di perut ini datang
hampir 15menit sekali, tapi masih bisa ditahan dengan meringkuk dikasur. Solat
pun masih bisa dilakukan walaupun gerakan sudah seadanya. Kakak mengajak saya
ke bidan desa terdekat untuk dicek, dan ternyata masih belum ada tanda akan
melahirkan. Saya pulang lagi dan kembali online untuk chatting dengan si bapak
di jauh sana.
Jam setengah 9, karena kontraksi terasa hampir
5-7 menit sekali, ibu dan kakak memaksa untuk segera ke rumah sakit. Akhirnya
saya menghubungi adek ipar untuk minta tolong diantarkan ke RS. Jam 9.30
bersama ibu saya menuju RS JIH memakai taxi, sementara adek ipar naik motor.
Ternyata malam itu hujan gerimis, dan semakin terasa deras di sekitar RS. Dan
dalam waktu 15menit kami sampai di IGD JIH , dan langsung disambut oleh perawat
dan satpam. Ternyata bapak mertua dan kakak ipar juga sudah menunggu disana.
Tak lama dokter jaga pun datang dan bertanya-tanya tentang kondisi saya, dan
dokternya laki-laki. Saat itu mulai kepikiran apakah yang akan membantu
persalinan nantinya dia, bukan dokter kandungan yang biasanya,..(mulai
khawatir). 15 menit kemudian ada bidan yang datang dan membawa saya ke ruang
bersalin di lantai 3. Dalam perjalanan
entah kenapa saya terus menangis, tiba-tiba saya ketakutan, benar-benar
ketakuan, dan sangat berharap suami saya disini menenangkan saya. Saat memasuki
ruang bersalin saya sampai terisak-isak, bukan karena sakit kontraksi tapi saya
merasa ada yang hilang,dan pasti itu karena suami tidak ada disini. Saya sempat
berkata ke ibu, ‘bapaknya bayi mana, bapaknya g ada disini’ sambil terus
mengeluarkan air mata. Dalam ruang bersalin dilakukan pengecekan lagi dan ternyata
belum ada tanda-tanda pembukaan. Perawatpun menghubungi dokter, dan beliau
datang sekitar jam 11 malam. Akhirnya diputuskan untuk menginap dulu dan akan
diobservasi setiap 6 jam. Saya pun berjalan menuju kamar rawat inap.
Melewati jam 12 malam rasa sakitnya mulai
tidak tertahankan, yangmuncul tiap 5-7menit sekali. Rasa sakitnya seperti mau
haid namun lebih sakit lagi, perut seperti diremas tak karuan. Kebetulan kamar
yang ada tinggal kelas 1, jadi harus berbagi kamar dengan orang lain. Sesekali
saya merintih walaupun sudah berusaha menahan, karena disebelah adalah ibu yang
habis melahirkan juga. Namun makin lama makin tak tertahankan. Kalau sudah
sakit sekali saya langsung reflek melompat dari tempat tidur dan dalam posisi
seperti orang rukuk, atau sesekali jongkok. Menjelang subuh, saya minta ke ibu
untuk memanggil perawat, karena saya kesakitan sekali. Saat perawat datang dan
mengecek, dia bilang ‘baru segitu aja sakit mbak? Nanti ada yang lebih-lebih
sakit lagi’,..sungguh kalimat yang tidak ingin saya dengar dan tidak menyangka
perawat kok bicara begitu ke pasien L. Belum lagi
perawat itu juga sedikit kesal karena saya kesakitan sewaktu dicek jalan
lahirnya (pengecekan jalan lahir itu dengan memasukkan jari tangan ke lubang
kewanitaan). Padahal memang sakit, bagaimana mungkin ada benda asing masuk ke
tubuh dan saya tidak merasa apa2 hiks
hiks,..Saya tetap terjaga sampai pagi, dan waktu subuh sudah buka 1 menurut
perawat. Dengan rasa sakit lebih dari 8 jam dan pembukaan jalan lahir baru 1,
cukup membuat saya down, mengingat total pembukaan sampai 10. Melewati jam 6
pagi, saya pergi mandi dengan air hangat,..namun tetap rasanya mengigil dan
berkali-kali tidak kuat berdiri saat kontraksi datang. Kemudian berganti dengan
baju rumah sakit. Kali ini rasa sakitnya sangat amat terasa dan saya pun
merintih lumayan keras sambil mengejangkan kaki untuk mengunci rasa sakitnya.
Berkali kali saya diingatkan untuk tidak berteriak atau mengeluarkan suara
untuk menghemat tenaga, namun rasa sakitnya sungguh tak tertahankan. Makanan
pagi itu pun tidak tersentuh, sama sekali tidak ada perasaan lapar atau apapun,
yang ada hanya rasa sakit teramat sangat. Jam 8 saya kembali dipindahkan ke
ruang bersalin. Masih dengan proses pembukaan 1 menuju 2,..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar